Sabtu, 16 November 2013

Keagungan Akhlak Nabi Muhammad PDF Cetak E-mail


PADA setiap zaman, lahir seorang tokoh besar di dunia. Muhammad saw lahir sebagai utusan Allah Swt untuk menyempurnakan risalah para nabi dan rasul sebelumnya. Secara historis, kelahirannya memang sangat tepat bila dilihat dari setting kurun waktu dan tempat geografis yang benar-benar membutuhkan seorang sosok yang agung seperti nabi Muhammad.
Tidak berlebihan jika Michael Hart dalam buku best sellernya “Seratus Tokoh Dunia”, mengakui secara jujur dan objektif menempatkan Muhammad saw diurutan pertama di antara deretan nama-nama seratus tokoh yang paling terkenal di dunia. Muhammad, selain dikenal sebagai Nabi dan Rasul umat Islam, beliau juga dipandang sebagai pemimpin negara (khalifah) yang sukses di Tanah Arab. Prestasi gemilang yang beliau tunjukkan memang tidak saja kaum muslim yang mengakui, tetapi di luar itu juga banyak yang menyatakan demikian.
Pada kenyataannya, nabi Muhammad sebagai figur historis tidak hanya diakui oleh penganutnya sendiri, tetapi juga diakui seorang Atheis sekalipun. Maxim Rodinson misalnya, ilmuan Aheis yang memiliki andil besar dalam memperkenalkan ketokohan Nabi Muhammad kepada masyarakat Barat. Ketokohan Muhammad dikenal sebagai sosok manusia agung, yang memiliki jiwa dan moral yang bersih.
Telah banyak kisah biografi Nabi Muhammad yang telah ditulis oleh para pakar dan ilmuan, dan seleuruhnya mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah figur sejarah umat Islam sepanjang zaman, kecuali orang yang kufur hati dan jiwanya. Nabi Muhammad memberikan keagungan moral/akhlak yang sangat membekas kepada semua pengikutnya. Sikap dan perangainya yang lemah lembut, jujur, dan amanah menjadikan para lawan dan kawan terpesona kepribadiannya.
Masih tentang persepsi orang lain non se-iman terhadap Nabi Muhammad, masih banyak tokoh dan ilmuan lain seperti Montgomery Watt, Annemarie Schimmel, Martin Lings, ataupun Karen Armstrong yang selama 9 tahun aktif sebagai biarawati. Mereka itu, melalui karya tulisannya dengan segala kelebihan dan kekurangan telah melakukan pembelaan historis-akedemis terhadap reputasi Nabi Muhammad sebagai salah seorang dari sekian tokoh sejarah yang meletakkan dasar, pedoman dan spirit bagi pembangunan peradaban manusia.
Merupakan keharusan ilmiah belaka jika ilmuan semacam Philip K. Kitti ataupun Marshall G. Hodgson melihat Nabi Muhammad dan agama Islam yang diwariskannya telah sanggup menyulap dunia Arab dari padang pasir gundul menjadi mata air peradaban yang pada gilirannya secara signifikan ikut mewarnai wacana dan perjalanan panjang sejarah dunia.
Dari pengakuan para tokoh di atas, menunjukkan kepada kita bahwa Nabi Muhammad telah melakukan transformasi akhlak terhadap tatanan kemasyarakatan kala itu. Kejujuran dan keluhuran pekertinya tidak hanya diakui oleh kaum muslim, tetapi juga non muslim.
Membaca sejarah hidup Muhammad saw kian lama kian mengasyikkan dan tidak pernah bosan. Semakin kita mengenal nabi, semakin banyak keistimewaan yang ada padanya. Dengan mengetahui keistimewaan tersebut kita akan bertambah cinta dan taat menjalankan sunah-sunahnya. Jika sebuah pepatah ”tak kenal maka tak sayang” itu menjadi pijakan kita, maka tak salah kalau kita harus membaca biografi beliau secara tuntas. Sehingga akhirnya kita dapat meneladani dan mencintai sunnah-sunnah yang beliau lakukan setia hari.
Bagi seorang muslim, Rasululah saw adalah sumber teladan utama yang patut diikuti. Karena sunnah-sunnahnya mengajari umatnya bagaimana meneguhkan iman dan taqwa, bersabar dalam setiap musibah, bersyukur ketika mendapatkan anugerah, bersikap ridha dan tawakal dalam setiap urusan, bertindak jujur dalam segenap keadaan, serta berjiwa ikhlas dalam beramal.
Kekokohan Iman dan Keteladanan Akhlak
Akhlak Nabi yang demikian luhur dan agung itu karena selalu dipancari dengan kekokohan iman. Sehingga para ulama membuat tiga rumusan kadar iman yaitu; penegasan hati, ucapan dan tindakan. Al-Ghazali misalnya, menyebut kalbu merupakan poros tempat beredarnya iman, ucapan lisan sebagai syarat iman, dan amal perbuatan merupakan pelengkap dan penyempurnya iman.”
Sementara itu, dalam diri nabi Muhammad juga terpatri jiwa taqwa. Yaitu suatu daya atau potensi yang terpancang dalam jiwa yang mampu secara aktif mencegah seseorang dari melakukan larangan Tuhan, dan mendorongnya untuk melaksanakan titah-Nya. Melalui jiwa dan mental taqwa, seseorang dibimbing untuk melakukan yang terbaik untuk dirinya, masyarakatnya dan agamanya.
Dalam hidupnya, nabi Muhammad juga selalu sabar. Sikap sabar adalah sikap berhati-hati dalam bertindak, berupaya dengan kemantapan hati yang teguh untuk mencapai hasil yang diharapkan, disertai dengan do’a atau permohonan kepada sang khaliq.
Keteladanan nabi berikutnya yaitu sikap syukur. Ia selalu bersyukur atas pemberian yang diberikan kepadanya. Karena syukur merupakan sikap lahiriyah untuk menunjukkan terima kasih atas suatu nikmat kepada Sang Pemberi nikmat. Pernyataan syukur mengandung empat unsur dan kewajiban, yaitu manifestasi kegembiraan, menyatakan kegembiraan itu dengan ucapan dan perbuatan, mendayagunakan nikmat yang diterima dengan amanah, dan membalas pemberian nikmat itu sesuai dengan tata cara yang ditentukan.
Tak kalah pentingnya lagi, sikap diri nabi yaitu ridha dan tawakkal. Sikap ini yaitu menerima dengan sepenuh hati atas apa yang ditetapkan Tuhan. Adapun tawakkal adalah menyerahkan nasib diri sebagai usaha kepada Tuhan. Dua sikap ini menjadikan seseorang lebih berhati-hati dalam meraih sesuatu. Karena tak jarang banyak orang prustasi lantaran cita-citanya kadang kandas ditengah jalan.
Salah satu bekal keteladanan dari nabi itu adalah taubat. Secara bahasa, taubat berakar dari kata taaba yang berarti kembali. Artinya kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali lari larangan Tuhan menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Tuhan menuju yang diridha’i-Nya, kembali dari yang saling bertentangan menuju yang saling menyenangkan, dan seterusnya.
Nabi walaupun sudah dijamin masuk surga, tetapi ia selalu taubat atas kesalahan yang dilakukannya. Taubat artinya kembali kepada jalan Tuhan. Dengan mengutip ayat al-Qur’an, nabi saw menyerukan: “Kembalilah kamu sekalian kepada jalan Tuhan, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. Mengapa manusia perlu bertaubat? Kata nabi, karena manusia dihidupkan dan dimatikan hanya oleh Tuhan. Sehingga modal untuk kembali kepada Tuhan hanyalah dengan keadaan Suci (fitrah) dari segala bentuk dosa dan perbuatan maksiat, yang menentang kemahakuasaan Tuhan.

0 komentar:

Posting Komentar